Kamis, 09 Januari 2014



Peringatan Hari Tanpa Rokok Sedunia (HTRS) 31 Mei 2013
Sentra Kerohanian Islam Asy Syifa dan Badan Eksekutif Mahasiswa
Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

Bahaya rokok sudah banyak diketahui oleh masyarakat secara umum. Namun, masih saja banyak perokok yang tidak sadar akan kesehatannya dan tidak menghormati hak-hak orang lain yang tidak merokok. Orang yang tidak merokok memiliki hak untuk tetap menghirup udara segar tanpa sampah perbuatan para perokok.
Pada tanggal 31 Mei setiap tahunnya, WHO (World Health Organization) yang tergabung dalam UN (United Nations) memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS). Begitu juga di Indonesia, setiap tanggal 31 Mei gaung suara anti tembakau menggema diseluruh nusantara. Berbagai organisasi, perkumpulan, maupun satuan aksi mengadakan berbagai macam kegiatan untuk menarik masyarakat agar mengurangi atau menghentikan kebiasaan merokok. Begitu juga di Kota Mataram - Nusa Tenggara Barat, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram (FK UNRAM) setiap tahunnya pada tanggal 31 Mei, berusaha tidak melewatkan momentum untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya hidup tanpa tembakau.
Ada yang berbeda dengan peringatan HTTS FK UNRAM. Jika WHO memiliki agenda “World No Tobacco day”, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram memutuskan untuk mengganti Hari Tanpa Tembakau Sedunia (HTTS) dengan HTRS (Hari Tanpa Rokok Sedunia). Alasannya adalah, hal yang dapat membahayakan dari tembakau adalah asap hasil pembakaran yang terdapat dalam rokok. Jadi dengan dengan begitu, HTRS akan lebih mengena kepada kebiasaan merokok yang harus dikurangi atau bahkan dihentikan.
Peringatan HTRS di FK UNRAM setiap tahunnya dipegang oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) FK UNRAM. Dan pada tahun 2013, BEM bekerjasama dengan salah satu Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas Kedokteran, Sentra Kerohanian Islam (SKI) Asy Syifa FK UNRAM untuk mengadakan rentetan acara peringatan HTRS 2013. Berbeda dengan peringatan HTRS tahun-tahun sebelumnya, SKI Asy Syifa dan BEM FK UNRAM tidak hanya bergerak secara internal atas nama almamater, tapi juga mengajak beberapa Fakultas lain dalam UNRAM, Perguruan tinggi Kesehatan, Sekolah tinggi ilmu kesehatan, dan beberapa Sekolah Menengah atas di wilayah Kota Mataram untuk bersama-sama bergerak menyukseskan rentetan acara HTRS 2013.
Dengan mengusung tema “HTRS MUDAH-Bersama (Hidup Tanpa Rokok, Sehat Masyarakat sejak Usia Dini Amanah kita Bersama), terkumpul 10 instansi dan sekolah di wilayah Kota Mataram untuk bergerak bersama-sama menyukseskan HTRS 2013 di Kota Mataram. Dari beberapa kali hasil rapat koordinasi yang dilaksanakan, diputuskan untuk mengadakan beberapa acara, yang terdiri dari :
1.      Kajian utama mengenai Hari tanpa rokok sedunia (Telah dimuat di Lombok Pos pada hari Jum’at, 31 Mei 2013)
2.      Pemasangan Spanduk Anti Rokok secara serentak di semua kampus dan sekolah si wilayah Kota Mataram pada hari Jum’at, 31 Mei 2013.
3.      Live Talkshow tentang “Rokok” yang dibahas secara ilmu kesehatan dan ilmu agama islam pada hari Sabtu, 1 Juni 2013.
4.      Aksi damai turun ke jalan bersama 10 instansi yang telah berkerjasama menyukseskan HTRS 2013 pada hari Minggu, 2 Juni 2013.
Kajian utama mengenai bahaya rokok terhadap kesehatan dan lingkungan telah diterbitkan oleh salah satu media cetak di Nusa Tenggara Barat, Lombok Pos. Kajian tersebut ditujukan kepada masyarakan NTB secara umum, kepada wali Kota Mataram, Gubernur NTB, dan calon Gubernur NTB terpilih untuk periode selanjutnya. Dari kajian tersebut, diharapkan agar untuk tahun-tahun selajutnya, muncul surat perintah, atau himbauan dari gubernu atau walikota agar instansi pemerintahan bebas dari rokok, setidaknya setiap tanggal 31 Mei untuk memperingati HTRS. Respon masyarakat mengenai kajian tersebut sangat baik. Respon yang sama juga didapat dari beberapa pejabat pemerintahan, rektorat UNRAM, dan para dosen FK UNRAM.
Pemasangan spanduk Anti Rokok hanya bisa dilaksanakan pada beberapa sekolah dan kampus kerjasama penyuksesan HTRS 2013. Tujuan Pemasangan spanduk Anti Rokok adalah untuk mengingatkan para civitas akademika yang merupakan aset bangsa Indonesia untuk sadar akan bahaya rokok sedini mungkin dan sesegera mungkin.
Setelah tanggal 31 Mei, rentetan peringatan HTRS masih berlanjut. Bekerjasama dengan Lombok TV, media televisi favorit warga Nusa Tenggara Barat, mengadakan sebuah Live Talkshow mengenai rokok. Dalam talkshow yang diadakan pada tanggal 1 Juni 2013 selama 1 jam dari pukul 21.00-22.00 WITA, selain mengundang ahli dari bidang kesehatan, SKI Asy Syifa mengundang pakar dari Majelis Ulama Indonesia selaku tokoh masyarakat dan ulama panutan masyarakat. Mengundang 3 narasumber pakar, 2 dari bidang ilmu kesehatan dan 1 dari Majelis Ulama Indonesia wilayaha NTB membuat talkshow berlangsung seru, informatif, dan bermanfaat. Narasumber pertama, dr. Basuki Rahmat, Sp.JP menyampaikan bahaya rokok dalam bidang ilmu penyakit jantung dan pembuluh darah, dr. Joko Anggoro, Sp.PD menyampaikan bahaya rokok dalam bidang penyakit dalam dan penyakit paru, serta Drs. H. Mustami’udin Ibrahim, Wakil Ketua MUI wilayah NTB yang menyampaikan bahaya rokok, dasar hukum islam mengenai larangan merokok, dan langkah serta program para ulama Indonesia untuk mengurangi bahaya merokok. Respon masyarakat terhadap talkshow sangat apresiatif dan baik dilihat dari rating acara yang meningkat setelah acara selesai dilaksanakan. Apresiasi serupa disampaikan oleh Bapak Yogi, Direktur Utama Lombok TV, beliau menyampaikan agar acara seperti ini bisa sesering mungkin diadakan, dan Lombok TV siap untuk membantu sebagai mediasi kepada masyarakat.
aksi turun ke jalan

Acara terakhir sebagai acara puncak peringatan HTRS 2013, aksi damai turun ke jalan. Aksi damai diadakan pada hari Minggu, 2 Juni 2013 di sekitar Jl. Udayana Kota Mataram yang setiap hari Minggu dikosongkan dari kendaraan bermotor sebagai program Pemerintah kota, “Car Free Day”. Di aksi turun ke jalan, SKI Asy Syifa, BEM FK UNRAM, beserta kampus dan instansi kerjasama HTRS 2013 membagikan selebaran kecil dan stiker anti rokok kepada para pengunjung Car Free Day (CFD). Selain itu, penggalangan tanda tangan pada kain putih seluas 5x1 meter dari para pengunjung sebagai bentuk solidaritas dan dukungan atas peringatan HTRS 2013 yang diadakan oleh SKI Asy Syifa dan BEM FK UNRAM. Dan tidak tanggung-tanggung, Wakil Walikota Mataram, bapak H. Mohan Roliskana ikut serta menandatangani kain putih dan sepakat untuk mendukung aksi penolakan rokok. Untuk menarik perhatian pengunjung CFD, teman-teman dari Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Mataram, FK Universitas Al-azhar Mataram dan STIKES Kemenkes RI Maram mengadakan pemeriksaan tensi darah dan pemeriksaan kesehatan gratis.
Acara peringatan yang telah dilaksanakan oleh SKI Asy Syifa dan BEM FK UNRAM berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan apa yang direncanakan. Diharapkan, peringatan HTRS setiap tahunnya tetap bisa dilaksanakan secara istiqamah oleh keluarga besar Civitas Akademika Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. Dan untuk peringatan HTRS tahun selanjutnya, diharapkan bisa mengajak seluruh masyarakat muda Kota Mataram untuk sepakat menghentikan kebiasaan merokok. Dan untuk menyukseskan program tersebut, bisa diselenggarakan dengan melakukan komunikasi kepada para pejabat propinsi dan pejabat pemerintah kota untuk menghimbau kepada instansi pemerintahan dan masyarakat untuk ikut serta memperingati HTRS pada tanggal 31 Mei, dan berhenti merokok atau setidaknya mengurangi kebiasaan merokok.

Talk Show yang ditayangkan di lombok TV bersama pakar MUI, TGH. Mustami'uddin Ibrahim,MA, dan dua pakar kedokteran FK UNRAM dr. Joko Anggoro, Sp.PD dan dr. Basuki Rachmat, Sp.JP

Pengurus SKI Asy Syifa, BEM FK, dan beberapa undangan mahasiswa dan pelajar kota mataram setelah talkshow.

Jumat, 27 Desember 2013

Pada zaman sekarang semakin ramai orang berlomba-lomba mengejar jabatan, berebut kedudukan sehingga menjadikannya sebagai sebuah obsesi hidup. Menurut mereka yang menganut paham atau prinsip ini, tidak lengkap rasanya selagi hayat dikandung badan, kalau tidak pernah (meski sekali) menjadi orang penting, dihormati dan dihargai masyarakat.

Jabatan baik formal maupun informal di negeri kita Indonesia dipandang sebagai sebuah "aset", karena ia baik langsung maupun tidak langsung berkonsekwensi kepada keuntungan, kelebihan, kemudahan, kesenangan, dan setumpuk keistimewaan lainnya. Maka tidaklah heran menjadi kepala daerah, gubernur, bupati, walikota, anggota dewan, direktur dan sebagainya merupakan impian dan obsesi semua orang. Mulai dari kalangan politikus, purnawirawan, birokrat, saudagar, tokoh masyarakat, bahkan sampai kepada artis.

Mereka berebut mengejar jabatan tanpa mengetahui siapa sebenarnya dirinya, bagaimana kemampuannya, dan layakkah dirinya memegang jabatan (kepemimpinan) tersebut. Parahnya lagi, mereka kurang (tidak) memiliki pemahaman yang benar tentang hakikat kepemimpinan itu sendiri. Karena menganggap jabatan adalah keistimewaan, fasilitas, kewenangan tanpa batas, kebanggaan dan popularitas. Padahal jabatan adalah tanggung jawab, pengorbanan, pelayanan, dan keteladanan yang dilihat dan dinilai banyak orang.

Hakikat kepemimpinan
Al-Quran dan Hadits sebagai pedoman hidup umat Islam sudah mengatur sejak awal bagaimana seharusnya kita memilih dan menjadi seorang pemimpin. Menurut Shihab (2002) ada dua hal yang harus dipahami tentang hakikat kepemimpinan. Pertama, kepemimpinan dalam pandangan Al-Quran bukan sekedar kontrak sosial antara sang pemimpin dengan masyarakatnya, tetapi merupakan ikatan perjanjian antara dia dengan Allah swt. Lihat Q. S. Al-Baqarah (2): 124, "Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat perintah dan larangan (amanat), lalu Ibrahim melaksanakannya dengan baik. Allah berfirman: Sesungguhnya Aku akan menjadikan engkau pemimpin bagi manusia. Ibrahim bertanya: Dan dari keturunanku juga (dijadikan pemimpin)? Allah swt menjawab: Janji (amanat)Ku ini tidak (berhak) diperoleh orang zalim".

Kepemimpinan adalah amanah, titipan Allah swt, bukan sesuatu yang diminta apalagi dikejar dan diperebutkan. Sebab kepemimpinan melahirkan kekuasaan dan wewenang yang gunanya semata-mata untuk memudahkan dalam menjalankan tanggung jawab melayani rakyat. Semakin tinggi kekuasaan seseorang, hendaknya semakin meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. Bukan sebaliknya, digunakan sebagai peluang untuk memperkaya diri, bertindak zalim dan sewenang-wenang. Balasan dan upah seorang pemimpin sesungguhnya hanya dari Allah swt di akhirat kelak, bukan kekayaan dan kemewahan di dunia.

Karena itu pula, ketika sahabat Nabi SAW, Abu Dzarr, meminta suatu jabatan, Nabi saw bersabda: "Kamu lemah, dan ini adalah amanah sekaligus dapat menjadi sebab kenistaan dan penyesalan di hari kemudian (bila disia-siakan)".(H. R. Muslim). Sikap yang sama juga ditunjukkan Nabi saw ketika seseorang meminta jabatan kepada beliau, dimana orang itu berkata: "Ya Rasulullah, berilah kepada kami jabatan pada salah satu bagian yang diberikan Allah kepadamu. "Maka jawab Rasulullah saw: "Demi Allah Kami tidak mengangkat seseorang pada suatu jabatan kepada orang yang menginginkan atau ambisi pada jabatan itu".(H. R. Bukhari Muslim).

Kedua, kepemimpinan menuntut keadilan. Keadilan adalah lawan dari penganiayaan, penindasan dan pilih kasih. Keadilan harus dirasakan oleh semua pihak dan golongan. Diantara bentuknya adalah dengan mengambil keputusan yang adil antara dua pihak yang berselisih, mengurus dan melayani semua lapisan masyarakat tanpa memandang agama, etnis, budaya, dan latar belakang. Lihat Q. S. Shad (38): 22, "Wahai Daud, Kami telah menjadikan kamu khalifah di bumi, maka berilah putusan antara manusia dengan hak (adil) dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu".

Hal senada dikemukakan oleh Hafidhuddin (2003). Menurutnya ada dua pengertian pemimpin menurut Islam yang harus dipahami. Pertama, pemimpin berarti umara yang sering disebut juga dengan ulul amri. Lihat Q. S. An-Nisaâ 4): 5, "Hai orang-orang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri diantara kamu". Dalam ayat tersebut dikatakan bahwa ulil amri, umara atau penguasa adalah orang yang mendapat amanah untuk mengurus urusan orang lain. Dengan kata lain, pemimpin itu adalah orang yang mendapat amanah untuk mengurus urusan rakyat. Jika ada pemimpin yang tidak mau mengurus kepentingan rakyat, maka ia bukanlah pemimpin (yang sesungguhnya).

Kedua, pemimpin sering juga disebut khadimul ummah (pelayan umat). Menurut istilah itu, seorang pemimpin harus menempatkan diri pada posisi sebagai pelayan masyarakat, bukan minta dilayani. Dengan demikian, hakikat pemimpin sejati adalah seorang pemimpin yang sanggup dan bersedia menjalankan amanat Allah swt untuk mengurus dan melayani umat/masyarakat.

Kriteria pemimpin
Para pakar telah lama menelusuri Al-Quran dan Hadits dan menyimpulkan minimal ada empat kriteria yang harus dimiliki oleh seseorang sebagai syarat untuk menjadi pemimpin. Semuanya terkumpul di dalam empat sifat yang dimiliki oleh para nabi/rasul sebagai pemimpin umatnya, yaitu: (1). Shidq, yaitu kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap dan bertindak di dalam melaksanakan tugasnya. Lawannya adalah bohong. (2). Amanah, yaitu kepercayaan yang menjadikan dia memelihara dan menjaga sebaik-baiknya apa yang diamanahkan kepadanya, baik dari orang-orang yang dipimpinnya, terlebih lagi dari Allah swt. Lawannya adalah khianat. (3) Fathonah, yaitu kecerdasan, cakap, dan handal yang melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul. Lawannya adalah bodoh. (4). Tabligh, yaitu penyampaian secara jujur dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang diambilnya (akuntabilitas dan transparansi). Lawannya adalah menutup-nutupi (kekurangan) dan melindungi (kesalahan).

Di dalam Al-Quran juga dijumpai beberapa ayat yang berhubungan dengan sifat-sifat pokok yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, diantaranya terdapat dalam surat As-Sajdah (32): 24 dan Al-Anbiyaâ (21): 73. Sifat-sifat dimaksud adalah: (1). Kesabaran dan ketabahan. "Kami jadikan mereka pemimpin ketika mereka sabar/tabah". Lihat Q. S. As-Sajdah (32): 24. Kesabaran dan ketabahan dijadikan pertimbangan dalam mengangkat seorang pemimpin. Sifat ini merupakan syarat pokok yang harus ada dalam diri seorang pemimpin. Sedangkan yang lain adalah sifat-sifat yang lahir kemudian akibat adanya sifat (kesabaran) tersebut. (2). Mampu menunjukkan jalan kebahagiaan kepada umatnya sesuai dengan petunjuk Allah swt. Lihat Q. S. Al-Anbiyaâ (21): 73, "Mereka memberi petunjuk dengan perintah Kami". Pemimpin dituntut tidak hanya menunjukkan tetapi mengantar rakyat ke pintu gerbang kebahagiaan. Atau dengan kata lain tidak sekedar mengucapkan dan menganjurkan, tetapi hendaknya mampu mempraktekkan pada diri pribadi kemudian mensosialisasikannya di tengah masyarakat. Pemimpin sejati harus mempunyai kepekaan yang tinggi (sense of crisis), yaitu apabila rakyat menderita dia yang pertama sekali merasakan pedihnya dan apabila rakyat sejahtera cukup dia yang terakhir sekali menikmatinya. (3). Telah membudaya pada diri mereka kebajikan. Lihat Q. S. Al-Anbiyaâ (21): 73, "Dan Kami wahyukan kepada mereka (pemimpin) untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan baik dan menegakkan sholat serta menunaikan zakat". Hal ini dapat tercapai (mengantarkan umat kepada kebahagiaan) apabila kebajikan telah mendarah daging dalam diri para pemimpin yang timbul dari keyakinan ilahiyah dan akidah yang mantap tertanam di dalam dada mereka.

Sifat-sifat pokok seorang pemimpin tersebut sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Al-Mubarak seperti dikutip Hafidhuddin (2002), yakni ada empat syarat untuk menjadi pemimpin: Pertama, memiliki aqidah yang benar (aqidah salimah). Kedua, memiliki ilmu pengetahuan dan wawasan yang luas (`ilmun wasi`un). Ketiga, memiliki akhlak yang mulia (akhlaqulkarimah). Keempat, memiliki kecakapan manajerial dan administratif dalam mengatur urusan-urusan duniawi.

Memilih pemimpin
Dengan mengetahui hakikat kepemimpinan di dalam Islam serta kriteria dan sifat-sifat apa saja yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin, maka kita wajib untuk memilih pemimpin sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan Hadits.
Kaum muslimin yang benar-benar beriman kepada Allah dan beriman kepada Rasulullah saw dilarang keras untuk memilih pemimpin yang tidak memiliki kepedulian dengan urusan-urusan agama (akidahnya lemah) atau seseorang yang menjadikan agama sebagai bahan permainan/kepentingan tertentu. Sebab pertanggungjawaban atas pengangkatan seseorang pemimpin akan dikembalikan kepada siapa yang mengangkatnya (masyarakat tersebut). Dengan kata lain masyarakat harus selektif dalam memilih pemimpin dan hasil pilihan mereka adalah "cerminâ" siapa mereka. Hal ini sesuai dengan hadits Nabi saw yang berbunyi: "Sebagaimana keadaan kalian, demikian terangkat pemimpin kalian".

Sikap rakyat terhadap pemimpin
Dalam proses pengangkatan seseorang sebagai pemimpin terdapat keterlibatan pihak lain selain Allah, yaitu masyarakat. Karena yang memilih pemimpin adalah masyarakat. Konsekwensinya masyarakat harus mentaati pemimpin mereka, mencintai, menyenangi, atau sekurangnya tidak membenci. Sabda Rasulullah saw: "Barang siapa yang mengimami (memimpin) sekelompok manusia (walau) dalam sholat, sedangkan mereka tidak menyenanginya, maka sholatnya tidak melampaui kedua telinganya (tidak diterima Allah)".

Di lain pihak pemimpin dituntut untuk memahami kehendak dan memperhatikan penderitaan rakyat. Sebab dalam sejarahnya para rasul tidak diutus kecuali yang mampu memahami bahasa (kehendak) kaumnya serta mengerti (kesusahan) mereka. Lihat Q. S. Ibrahim (14): 4, "Kami tidak pernah mengutus seorang Rasul kecuali dengan bahasa kaumnya". dan Q. S. At-Taubah (9): 129, "Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, terasa berat baginya penderitaanmu lagi sangat mengharapkan kebaikan bagi kamu, sangat penyantun dan penyayang kepada kaum mukmin.

Demikianlah Al-Quran dan Hadits menekankan bagaimana seharusnya kita memilih dan menjadi pemimpin. Sebab memilih pemimpin dengan baik dan benar adalah sama pentingnya dengan menjadi pemimpin yang baik dan benar.

PROFIL DAN PANDUAN SENTRA KEROHANIAN ISLAM (SKI) ASY-SYIFA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM


  1. PENDAHULUAN
Segala puji hanya bagi Allah SWT yang telah memberikan ni’mat hidup dalam naungan Islam, shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga serta para sahabat Rasulullah SAW dan kita semua selaku umatnya. Tak lupa kita haturkan rasa cinta dan terimakasih kita kepada orang tua yang telah membesarkan kita hingga saat ini, para pengajar-pengajar ilmu kita yang telah menyalurkan berbagai macam pengetahuan kepada kita.
Allah berfirman dalam QS Muhammad : 7, yang artinya: Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. Dengan dasar ayat itulah, SKI (Sentra Kerohanian Islam) Asy Syifa Fakultas Kedokteran Universitas Mataram didirikan. Dengan adanya SKI ASY SYIFA, Para mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Mataram, yang notabenenya insyaallah merupakan para calon dokter indonesia diharapkan mempunyai ilmu pengetahuan medis yang mumpuni serta iman yang tinggi dan akhlaq yang mulia.

  1. Nama Organisasi
Sentra Kerohanian Islam ASY-SYFA Fakultas Kedokteran Universitas Mataram

  1. Visi Dan Misi
a.              Visi
”Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh pada yang ma’ruf dan mencegah pada yang munkar dan beriman kepada Allah”. (QS Ali Imron:110)
”Dan berpegang teguhlah kamu semua kepada tali (agama) Allah dan janganlah kamu bercerai-berai...” . (QS Ali Imron:103)
b.             Misi
1.    Memberikan pemahaman agama islam kepada mahasiswa muslim sesuai ajaran AL-QUR’AN dan AS-SUNNAH
2.    Mengembangkan potensi Dakwah dalam segala lini kehidupan terutama dalam bidang MEDIS
3.    Memberikan wadah organisasi keislaman yang netral serta berlandaskan islam sebagai rahmat untuk sekalian alam kepada mahasiswa fakultas kedokteran universitas mataram.

  1. Logo SKI ASY-SYIFA FK UNRAM
   
  1. Makna logo SKI ASY-SYIFA
1.    Bulan sabit adalah lambang kesehatan islam sedunia
2.    Kalimat ”FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM” melingkari bulan sabit mencermnkan Mahasiswa Muslim FK UNRAM yang tergabung dalam SKI ASY-SYIFA berusaha menjadikan islam sebagai jiwa etika selain etika tertentu dalam dalam bidang Medis
3.    Kalimat ”ASY-SYIFA” dengan tulisan bahasa Arab dan Indonesia berada dalam lengkung bulan sabit bermakna Mahasiswa Muslim FK UNRAM yang tergabung dalam SKI ASY-SYIFA akan senantiasa belajar untuk membuat jaringan kedokteran islam untuk kemaslahatan manusia seluruhnya.

 

F.     KETENTUAN DAN PANDUAN KERJA SKI FK UNRAM

SKI Asy-Syifa FK Unram merupakan organisasi keIslaman yang berada dibawah dekanat dan dalam menjalankan kegiatannya berkoordinasi dengan BEM FK Unram. Dengan beberapa aturan pokok sebagai berikut:

1.    Musyawarah umum (MU) SKI merupakan forum tertinggi dan dilaksanakan satu tahun sekali.
2.    SKI dipimpin oleh seorang ketua dibantu seorang sekretaris dalam menjalankan tugasnya.
3.    Ketua dipilih pada musyawarah umum SKI.
4.    Ketua keputrian SKI dipilih pada MU dan bertugas menjalankan fungsi keputrian SKI.
5.    Dewan Pertimbangan Organisasi (DPO) merupakan forum tempat koordinasi dan konsultasi pengurus SKI, DPO dipilih pada MU SKI.
6.    Dalam proses perjalanan kepengurusan dapat dilaksanakan musyawarah umum luar biasa bila diperlukan.

Bidang-bidang Kerja yang ada di SKI :
Bidang Kajian dan Syiar
Merupakan bidang yang bergerak dalam bidang peningkatan Pemahaman atau wawasan masyarakat muslim kampus serta melaksanakan kegiatan-kegiatan syiar keagamaan. Program yang dapat dikasanakan meliputi :
1.      Kajian rutin bulanan untuk seluruh civitas akademika, khususnya FK.
2.      Kajian khusus pengurus SKI
3.      Ramadhan in Campus (RC)
4.      Seminar Kepemudaan Islam yang dalam satu kepengurusan diadakan minimal satu kali
5.      Lomba Kepenulisan untuk remaja SMP, SMA atau sederajat
6.      Tenda tensi
7.      MABIT (Malam Bina Iman dan Taqwa)
8.      Majalah dinding
9.      buletin

Bidang Pengembangan Sumberdaya Muslim (PSDM)
Bidang ini memiliki ruang lingkup kerja sebagai “mesin” peningkatan kemampuan kader baik terkait dengan kafahaman manajemen dakwah dan juga peningkatan kualitas akademik kader. Program-program yang dapat dilaksanakan meliputi :
1.      Pelatihan manajemen dakwah
2.      Out Bound Islami
3.      Training sirkumsisi
4.      Training-training lain terkait peningkatan skill kader
5.      Sensus Kader
6.      Mentoring
7.      SG
8.      Follow up
9.      Tadabur Alam
10.  Basic Training
11.  Membentuk kelompok Liqo’

Bidang Dana dan Usaha
Bergerak dalam fund raising dan penyokong dana kegiatan-kegiatan SKI. Program yang dapat dilaksanakan :
1.      Pembuatan PIN, Stiker
2.      Pengadaan usaha jual beli jilbab, aksesoris, snack
3.      Uang KAS Bulanan
4.      Pojok DONASI à kerja sama dengan KOMUNIKASI
5.      Pengadaan Jaket Anggota dan atau Baju Kaos Anggota
6.      Usaha Penjualan Buku-buku Kedokteran
7.      Instalasi Laptop
8.      Pengadaaan Identitas

Bidang kaderisasi :

Kaderisasi merupakan suatu hal yang sangat urgen (baca : penting) dalam perjalanan sebuah organisasi atau perserikatan. Perjalanan organisasi akan sangat ditentukan dengan sejauh mana konsep pengkaderan yang dijalankan oleh system yang ada di organisasi tersebut. Tanpa perhitungan yang matang khususnya dalam perumusan konsep kaderisasi, maka sama dengan mempersiapkan kamandekan organisasi tersebut. Karena begitu pentingnya perumusan konsep kaderisasi maka dalam makalah ini akan di jabarkan beberapa konsep penting proses pengkaderan dalam sebuah organisasi.

Point penting yang harus difahami dalam merumuskan kaderisasi adalah kita memahami bahwa proses kaderisasi adalah proses yang membutuhkan waktu serta daya kreatif kita pada proses perjalanannya. Ingat jangan sampai kita tergesa-gesa, hanya karena ingin cepat tetapi tidak memperhatikan kondisii yang ada.

Pola Kaderisasi :
Mahasiswa baru à Mentoring Agama Islam (satu semester) *à pembagian formulir SKI @à Pollow up MentoringàTraining-training^ à Evaluasi #à Pengurus SKI
Hal-hal yang harus kita perhatikan :
1.      Setiap orang memiliki karakter yang berbeda, termasuk mad’u kita. Jadi  jangan sampai kita menganggap mereka sama.
2.      Mad’u kita juga manusia sama seperti kita yang ingin diperlakukan dengan baik, jadi berlakulah sebaik mungkin dengan mereka.
3.      Mad’u kita boleh jadi masih awam dengan dunia Islam jadi kita harus memahami hal itu, kita harus menyesuaikan bahasa pergaulan kita dengan mereka (tetapi tentunya dengan kaidah syar’i).
4.      Jangan pernah mengeluh dengan keadaan yang ada, terutama berkaitan dengan proses pembinaan/kaderisasi, karena pada hakikatnya proses kaderisasi membutuhkan waktu serta proses panjang (jangan pernah tergesa-gesa /isti’jal dalam bertindak).